MEMBURU SURGA
Waktu sudah menunjukkan pukul 4.15 pagi, Muadzin sudah mengumandangkan kalimat toyibah sebagai pertanda akan iqomah.
Subhanallah, Allahuakbar hingga Astaghfirullah, Astaghfirullah sebagai pentup.
Karena ada kegiatan malam hari dan sampai rumah pukul 12. 30, penulis baru bisa memejamkan mata pukul 1.30 WIB, Heeem terlalu capek memang hingga bangun pun molor ketika muadzin sudah mengumandangkan kalimat toyyibah sebagai tanda akan iqomah. Mak deg. Meh iqomah ki...Heeem, iso-iso telat ki..
Solusi yang penulis tempuh agar tidak terlambat menjadi Imam shalat subuh, setelah berwudhu, mengenakan sarung, memakai peci maka mengeluarkan jurus langkah kaki seribu dgn power penuh,
Alhamdulillah tidak terlambat, namun nafas ini tersengal-sengal karena mengenakan masker dan langsung ngimami
Heeem, surga kudu di buru..
Karena penulis sudah puluhan tahun menjadi imam shalat subuh dan jarang terlambat, maka kalau terlambat itu jadi masalah baru tur lucu. Sudah jadi karakter deh tapi karena siklus aktifitas berubah dan tubuh blm bisa menerima hampir yeah, hampir telat deh...
Heeem, itulah dinamika jadi pemimpin shalat.
Semoga Allah swt meridhoi.
SURGA MEMANG KUDU DI BURU, KARENA SURGA ITU MAHAL HARGANYA
Semarang, 1 Oktober 2021
Comments (0)
Leave your thought